SEJARAH KERONCONG

Pada tahun 1969, Andjar Anny (tokoh musik, pengarang lagu, penulis) bertemu dengan Antonio Plato da Franca (konsul Portugal). Pada saat itu Andjar Any bertanya kepada sang konsul – apakah di Portugal ada musik keroncong, atau musik sejenis yang melahirkan musik keroncong? - Dan jawaban sang konsul adalah – tidak ada. Jangankan lagi yang berbentuk keroncong, yang diperkirakan mirip keroncong saja tidak ada.-


Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa musik keroncong itu bukan musik impor, paling tidak merupakan musik adaptasi nenek moyang kita terhadap musik yang datang dari luar. Kalaupun asing, yang asing adalah alat-alatnya saja. Bentuknya merupakan hasil karya nenek moyang kita. Bahkan perihal alat musik yang digunakannya bukan hanya seperti yang kita kenal sekarang, tetapi hal ini merupakan proses evolusi yang sangat panjang. (Andjar Any, Musik Keroncong Musik Nusantara, 1983).

Sebelum muncul lagu keroncong bahkan sebelum alat musik khas keroncong, yaitu ukulele, kata keroncong sebenarnya sudah ada, antara lain muncul dalam beberapa hal tersebut di bawah ini:

Wanita Indonesia kerap menggunakan perhiasan emas ataupun perak. Salah satu diantaranya adalah gelang yang disebut gelang keroncong, yaitu gelang yang terbuat dari emas atau perak terdiri dari 10 sampai 15 gelang tipis. Apabila pemakainya berjalan sambil melenggangkan tangannya maka akan terdengar bunyi seperti alat musik yang sekarang disebut keroncong.

Ada wayang orang, terdapat juga kata keroncong, yaitu untuk menamakan gelang yang dipakai oleh tokoh-tokoh wayang, baik oleh pria maupun wanita.

Dari sini menunjukkan bahwa kata keroncong telah lama dikenal oleh bangsa Indonesia sebelum munculnya alat musik atau lagu keroncong. (Achmad, Kriteria Musik Keroncong, 1983)

Sedangkan alat musik itu sendiri diperkirakan datangnya dari kepulauan Hawai kurang lebih pada abad ke 16. Sehingga sampai kepada lagu yang diiringi alat musik tersebut, maka lagu itupun dinamakan lagu keroncong. Demikianlah musik keroncong ini berkembang dari abad ke abad dan diterima sebagai musik Indonesia.

Dalam sejarah, alat musik ukulele ini dibawa oleh armada Portugis (1512) pimpinan Alfonso d’Alburqueque ke kepulauan Maluku. Bunyi alat musik dan nyanyian para pelaut ini dirasa aneh oleh para pribumi, karena mereka terbiasa dengan bunyi pentatonic. Mereka berusaha untuk menirukannya, tetapi terbentur suatu kenyataan bahwa cengkok serta gaya musik tradisional sangat mempengaruhi penyajian musik para pribumi itu. Inilah yang kemudian menjadi embrio musik keroncong.

Bagi bangsa Indonesia, nama itu ada maksud dan ada tujuannya. Alat musik gong disebut sebagai gong karena kalau dipukul menghasilkan bunyi “gooooooong”. Dinamakan kenong, karena kalau dipukul akan berbunyi “nooong”, atau kethuk yang jika dipukul akan berbunyi “thuk”. Nah untuk keroncong sendiri karena ada alat musik ukulele/ cuk/ krung yang kalau di bunyikan akan menghasilkan bunyi “crung”.


No comments:

Post a Comment